The Green School

The Green School
Jl. Jatiluhur Bloh H/4 Komplek Baranang Siang Indah

Sabtu, 05 Maret 2011

Media Pembelajaran


Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Berbagai media yang digunakan untuk pengajaran dapat diklasifikasikan seperti berikut ini:
a. Media visual (media gambar), yang terdiri dari :
1. Media visual yang tidak diproyeksikan, misalnya foto, diagram, peragaan dan model.
2. Media visual yang diproyeksikan, misalnya slide, filmstrip, overhead transparans dan proyeksi komputer.
b. Media audio, misalnya kaset dan compact disk (CD).
c. Media audio-visual, seperti video, VCD dan DVD.
d. Pengajaran bermedia-komputer, misalnya CAI (Computer Assisted Instruction).
e. Multimedia berbasis komputer.
f. Jaringan komputer, seperti internet.
g. Media seperti radio dan televisi untuk belajar jarak jauh. (Depdiknas, 2002)

Sumber :  http://id.shvoong.com

Ekstrak Daun Jambu Biji Berpotensi Sembuhkan Demam Berdarah

DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang sejak 2003 meneliti ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik. Hasil penelitian dipaparkan oleh Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta, Rabu (10/3).
Ide penelitian berasal dari Badan POM dan mereka menunjuk Dr Drs Suprapto Ma’at MS. apoteker dari Patologi FK Unair untuk meneliti daun jambu biji.
Seperti diketahui, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.
Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di FK Unair yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakriosit pada preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik.
Hambat virus dengue
Daun jambu biji memang mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue.
Juga telah dilakukan uji awal berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan anak-anak.
“Hasil penelitian dibagi-bagikan ke RS Jombang dalam bentuk 30 kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia Gresik 20 kapsul dan 20 sirup. Ada yang sukarela mau mencoba,” kata Suprapto.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence based yang lebih kuat.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-Alfa olehmonosit dalam hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas pembuluh darah.
Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr Soetomo Surabaya/FK Unair, yang akan dipimpin oleh Prof Dr dr Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M Nasirudin dengan Dr Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof dr Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.
Badan POM dalam waktu dekat juga akan melakukan kajian-kajian intensif dengan para pakar untuk mendukung tata laksana yang sekarang ini ada. Sampurno optimis karena daun jambu biji bahan bakunya sangat mudah diperoleh dan proses teknologinya sederhana. (LOK)

Khasiat Jambu Biji


Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diabetes melitus, Maag, Diare (sakit perut), Masuk angin, Beser; Prolapsisani, Sariawan, Sakit Kulit, Luka baru;
Jambu bijiPemanfaatan :
1. Diabetes Mellitus
Bahan: 1 buah jambu biji setengah masak
Cara membuat: buah jambu biji dibelah menjadi empat bagian dan
direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk
diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore
2. Maag
Bahan: 8 lembar daun jambu biji yang masih segar.
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, pagi, siang dan sore.
3. Sakit Perut (Diare dan Mencret)
Bahan: 5 lembar daun jambu biji, 1 potong akar, kulit dan batangnya
Cara membuat: direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih kemudian
disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
4. Sakit Perut atau Diare pada bayi yang masih menyusui
Bahan: jambu biji yang masih muda dan garam secukupnya.
Cara menggunakan: dikunyah oleh ibu yang menyusui bayi tersebut,
airnya ditelan dan ampasnya dibuang.
5. Masuk Angin
Bahan: 10 lembar daun jambu biji yang masih muda, 1 butir cabai
merah, 3 mata buah asam, 1 potong gula kelapa, garam secukupnya
Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 1 liter
air sampai mendidih kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
6. Beser (sering kencing) berlebihan
Bahan: 1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 3 sendok bubuk
beras yang digoreng tanpa minyak (sangan = Jawa).
Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 2,5
gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum tiap 3 jam sekali 3 sendok makan.
7. Prolapsisani
Bahan: 1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji.
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: air ramuan tersebut dalam keadaan masih hangat
dipakai untuk mengompres selaput lendir poros usus (pusar) pada
bayi.
8. Sariawan
Bahan: 1 genggam daun jambu biji, 1 potong kulit batang jambu biji.
Cara membuat: direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari.
9. Sakit Kulit
Bahan: 1 genggam daun jambu biji yang masih muda, 7 kuntum bunga
jambu biji.
Cara membuat: ditumbuk bersama-sama sampai halus
Cara menggunakan: untuk menggosok bagian kulit yang sakit.
10. Obat luka baru
Bahan: 3 pucuk daun jambu biji.
Cara membuat: dikunyah sampai lembut
Cara menggunakan: ditempelkan pada bagian tubuh yang luka agar
tidak mengelurkan darah terus menerus.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) – Kalori 49 kal – Vitamin A 25 SI – Vitamin B1 0,02 mg – Vitamin C 87 mg – Kalsium 14 mg – Hidrat Arang 12,2 gram – Fosfor 28 mg – Besi 1,1 mg – Protein 0,9 mg – Lemak 0,3 gram – Air 86 gram
Sumber : IPTEKnet

4 Faktor yang menyebabkan Pusaran Energi yang Sangat Besar di Ka’bah,


4 Faktor yang menyebabkan Pusaran Energi yang Sangat Besar di Ka’bah, dan mengapa berdoa di Multazam sangat Mustajabah
Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, salah satunya adalah berdoa di Multazam. Multazam adalah tempat yang paling Mustajabah untuk brdoa kepada Allah , tempat Multazam sendiri adalah suatu tempat di dekat Ka’ba antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah, adakah rahasia yang bisa dijelaskan kenapa berdoa ditempat tesebut sangat Mustajabah …..?
Ada beberapa factor yang menyebakan mengapa Multazam menjadi tempat yang mustajabah factor pertama adalah nabi Ibrahim As., yang kedua factor hajar Aswat , ketiga Faktor orang yang tawaf , factor Ka’ba sebagai kiblat

Faktor pertama Nabih Ibrahim
Karena nabi Ibrahim orang yang membangun Ka’bah dan beliau juga manusia yang memiliki energi positif yang sangat besar , yang kemudian meresonansi terhadap[ karya karyannya, kemudian beliau juga berhati lembut, bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan Aura positif, maka semakin lembut dan ikhlas seseorang maka semakin tinggi pula aura energi positif yang ditimbulkanya sehingga dapat mempengaruhi lingkungan dan karya karyanya karena beliau juga juga manusia pilihan .

Faktor ke dua Hajar Aswad
Batu hitam yang ditempatkan pada sebuah lubang disalah satu pojok bangunan Ka’bah dugaan saya batu tesebut adalah sisa batu meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi dan sangat bagus, apakah pengaruha dari batu meteorit tersebut bagi kemustajaban Doa , mungkin kalau hanya batu meteor saja barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan Do’a , tetapi karena batu tersebut menjadikarya seoran Ibrahim yang mempunya energi posoitif yang besar sehingga batu yang mempunyai konduktifitas sangat tinggi tersebut menjadi besar peranannya, jadi disini peranan Hajar Aswat sebagai pintu keluar masuknya energi karena ia memiliki daya hantar elektromagnetik yang sangat tinggi.

Faktor ketiga Orang bertawaf yang mengelilingi Ka’bah belawanan ara jarum jam
Faktor penyebab besarnya gelombang Elektromagnet Ka’bah juga dipengaruhi aktifitas jutaan manusia yang bertawaf , apa hubungannya.
Setiap perbutan manusia selalu menghasilkan gelombang electromagnet baik berkata kata, berfikir apalagi sedang melakukan aktitas kenapa demikian karena tubuh kita terdiri dari bio electron yng selalu berputar pada orbitnya disetiap atom penyusun tubuh kita. Disisi lain ternyata jutaan orang yang bertawaf mengelilingi Ka’bah menghasilkan energi yang besar. Darimana asalnya ……?
Dalam ilmu Fisika kita mengenal suatu Kaida yang disebut kaida tangan kanan yaitu

Kaida tangan Kanan
“ jika ada sebatang konduktor ( logam ) dikelilingi oleh listrik yang bergerak belawanan dengan jaru jam maka dikonduktor tersebut akan muncul gelombang electromagnetis yang mengarah keatas “

Faktor ke empat akibat Ka’bah dijadikan sebagai Kiblat oleh orang sholat diseluruh dunia, karena orang Sholat diseluruh dunia memancarkan Energi positif apalagi semua berkiblat kepada Ka’bah, jadi dapat anda bayangkan energi positif yang terpusat di Ka’bah, dan juga menjadi pusat gerakan Sholat sepanjang waktu karena kita tahu sholat kita mengikuti pergerakan matahari , itua artinya setiap saat/waktu esuai gerakan matahari selalu ada orang yang sedang sholat jika sekarang kita Sholat Dhuhur demikian pula wilaya yang lebih barat akan memasuki waktu dhuhur dan seterusnya , atau dalam waktu yang bersamaan orang Indonesia sholat Dhuhur orang yang lebih timur melakukan Sholat Asyar demikian seterusnya.

Jadi dari situlah rahasia mengapa apabila kita berdoa di Multazam sangat Mustajabah ini dikarenakan energi dari doa kita menumpang gelombang electromagnet yang keluar dari ka’bah hal ini mirip pada yang terjadi pancaran radio . kekuata Doa kita menjadi berlipat lipat kali karena terbantu oleh power yang sedemikian besar dari Ka’bah . karenah pengaruh dari power yang begitu besar itulah maka berdoa di multazam sangat Mustajabah . karena itu jangan sembrono melakukan perbuatan – perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian sepontan, hal ini banyak dibuktikan oleh orang orang yang menunaikan ibadah haji
Sumber : http://id.shvoong.com

Menjaga Lingkungan dengan Botol Minum


Semua orang tahu, air merupakan kebutuhan pokok bagi mahluk hidup. Minum air 8 hari merupakan rekomendasi yang sangat baik untuk kesehatan. Air mampu melancarkan proses pengeluaran dan mengurangi berat badan, bahkan menjaga elastisitas kulit. Baca manfaat air
Banyak orang berpikiran minum air di botol lebih sehat dan lebih baik ketimbang meminum air selain air botol. Apalagi jika Anda berada di Mexico atau India. Penduduk di Negara tersebut percaya air minum kemasan botol lebih sehat dibanding air keran.
Banyak mineral terkandung dalam air kemasan botol, hal ini justru harus harus dipetimbangkan demi kesehatan. Mengkonsumsi air kemasan botol memiliki beberapa efek negatif yang tidak langsung membahayakan lingkungan, seperti membutuhkan sejumlah energi untuk membuat botol plastik dan semakin meningkatnya sampah botol plastik di bumi. Selain itu, air kemasan dalam botol lebih mahal.
Anda dapat tetap sehat sekaligus dapat menjaga lingkungan jika Anda dapat menjalankan saran ini. Pergunakanlah tempat minum (gelas atau botol minum) yang aman bagi kesehatan. Banyak tempat minum terbuat dari plastik, yang harus Anda ketahui adalah bahan tempat minum Anda aman bagi kesehatan.
Anda dapat mengetahui bahan yang aman umtuk tempat minum Anda dari internet. Barang-barang berbahan plastik telah diberi kode tertentu untuk menunjukkan keamanan penggunaan barang-barang tersebut.
Belilah tempat minum bagi Anda dan keluarga. Selain menjaga lingkungan, Anda dapat mengurangi pengeluaran jajan Anda dan keluarga karena tak perlu lagi membeli air kemasan botol. Anda hanya perlu mengisi ulang dan tidak perlu membayar lebih untuk mendapatkan air minum.
Selamat mencoba dan semoga beruntung

Sumber: matoa.org dan ezinearticles.com

5 Aksi Go Green di Sekolah


Sekolah merupakan tempat bagi anak untuk belajar. Hal yang dapat diajarkan adalah hidup ramah lingkungan. Mengajarkan anak di usia dini mengenai ramah lingkungan sangat diperlukan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap aktivitas mereka di masa depan.
Untuk kalangan mahasiswa dapat menggunakan cara-cara ini untuk diadaptasikan ke lingkungan sekitar kampus.  Aktivitas berikut dapat dilakukan untuk menghijaukan kembali sekolah dan lingkungan kampus:
1. Menyediakan peralatan sekolah daur ulang
Menyediakan peralatan sekolah ramah lingkungan sangat mudah. Anda dapat menggunakan kertas daur ulang, pensil, dan lem bebas-asam.
2. Menyediakan bahan kulah di website dan kuliah online
Bagi perguruan tinggi, kuliah online sangat membantu mengurangi penggunaan kertas dan bensin untuk transportasi. Website kuliah dapat menyediakan petunjuk belajar.
3. Berkebun dan membuat kompos
Untuk siswa sekolah dan kuliah, memulai berkebun merupakan cara paling asik untuk memulai ramah lingkungan. Sebagai tambahan, pupuk kompos hasil pembusukan sampah organik dapat digunakan sebagai pupuk.
4. Pencahayaan
Menggunakan lampu CFL merupakan cara yang ampuh untuk mengurangi konsumsi energy. Cara ini mampu menghemat pengeluaran. Selain itu, membiarkan cahaya matahari masuk dapat menjadi alternative untuk menerangi ruangan.
5. Sampah dan tempatnya
Menempatkan kotak sampah di area makan di sekolah dan kampus merupakan cara yang tempat dan sederhana untuk ramah lingkungan.
Mengaplikasikan cara sederhana tersebut dalam lingkungan sekolah dan kampus merupakan langkah pertama untuk mengembalikan lingkungan yang lebih baik.
Selamat mencoba dan semoga beruntung
Sumber: ezinearticles.com

Jumat, 25 Februari 2011

Kegiatan Peringatan Isra Mi'raj







GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER


BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
01.  Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Jika dicermati 5 (lima)  dari 8 (delapan) potensi peserta didik yg ingin dikembangkan sangat terkait erat dengan karakter.
02.  Jauh sebelumnya, secara filosofis “Bapak” Pendidikan Nasional  -  Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesem-purnaan hidup anak-anak kita. Hakikat, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut menyiratkan bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang secara utuh memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika. Pendidikan nasional mempunyai misi mulia (mission sacre) terhadap individu peserta didik,
03.  Dalam instrumentasi dan praksis pendidikan nasional sudah dikembangkan program rintisan, walaupun belum secara sistemik menyeluruh, dengan fokus dan muatan yang cukup beragam, misalnya: (1) pengembangan nilai esensial budi pekerti  yang dirinci menjadi 85 butir (Dikdasmen: 1989 s/d 2007); (2) pengembangan nilai dan ethos demokratis dalam konteks pengembangan budaya sekolah yang demokratis dan bertanggung jawab (Dikdasmen: 1991 s/d 2007); (3) pengembangan nilai dan karakter bangsa (Dikdasmen: 2001-2005); dan (4) pengembangan nilai-nilai anti korupsi yang mencakup jujur, adil, berani, tanggung jawab, mandiri, kerja keras, peduli, sederhana, dan disiplin (Dikdasmen dan KPK; 2008-2009); serta pengembangan nilai dan prilaku keimanan dan ketaqwaan dalam konteks tauhidiyah dan religiositas-sosial (Dikdasmen: 1998-2009). Di luar kegiatan tersebut sudah banyak juga sekolah-sekolah unggulan yang mengembangan karakter secara terpadu dalam pelaksanaan pendidikannya. Banyak juga sekolah yang sederhana; pondok pesantren di daerah pedesaan yang mampu menumbuhkembangkan karakter peserta didik budaya sekolah melalui pembiasaan dlm kehidupan keseharian di sekolah/pondok yang ternyata teladan guru/ustadz sebagai kunci sukses. Dalam sarasehan nasional tgl 14 Januari 2010 diketahui bahwa ternyata banyak sekolah yang sudah mengembangkan pendidikan karakter dan ternyata juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.(Balitbang Diknas:2010). Tantangan ke depan adalah bagaimana berbagi kesukssesan itu untuk membangun pendidikan karakter yang mampu menyentuh semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan di tanah air Indonesia ini.
04.  Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.  Karena itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991), atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun pro-social morality (Piager, 1967; Kohlberg; 1975; Eisenberg-Berg; 1981). Secara pedagogis, pendidikan karakter seyogyanya dikembangkan dengan menerapkan holistic approach, dengan pengertian bahwa “Effective character education is not adding a program or set of programs. Rather it is a tranformation of the culture and life of the school” (Berkowitz: ...  dalam goodcharacter.com: 2010): Sementara itu Lickona (1992) menegaskan bahw: “In character education, it’s clear we want our children are able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure form without and temptation from within.
05.  Kebutuhan akan pendidikan karakter ternyata terjadi juga di USA pada saat memasuki abad 21, karena beberapa alasan mendasar sebagai berikut (Lickona, 1991: 20-21)
a.    There is a clear and urgent need.
b.    Transmitting values is and always has been the work of civilisation.
c.    The school’s role as moral educator becomes more vital at a time when millions of children get little moral teaching from their parents and when value-centered influence such as church or temple are also absent from their lives.
d.    thereis a common ethical ground even in our values-conflicted society.
e.    Democracies have a special need for moral education.
f.      There is no such thing as value-free education.
g.    Moral questions are among the great question facing both the individuals and human race.
h.    There is a broad-based, growing support for values education in the schools
Dari sitasi tersebut bahwa pendidikan nilai/moral memang sangat diperlukan atas dasar argumen: adanya kebutuhan nyata dan mendesak; proses tranmisi nilai sebagai proses peradaban; peranan sekolah sebagai pendidik moral yang vital pada saat melemahnya pendidikan nilai dalam masyarakat; tetap adanya kode etik dalam masyarakat yang sarat konflik nilai; kebutuhan demokrasi akan pendidikan moral; kenyataan yang sesungguhnya bahwa tidak ada pendidikan yang bebas nilai; persoalan moral sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan adanya landasan yan g kuat  dan dukungan luas terhadap pendidikan moral di sekolah. Smua argumen tersebut tampaknya masih relevan untuk menjadi cerminan kebutuhan akan pendidikan nilai/moral di Indonesia pada saat ini. Proses demokasi yang semakin meluas dan tantangan globalisasi yang semakin kuat dan beragam disatu pihak dan dunia persekolahan dan pendidikan tinggi yang lebih mementingkan penguasaan dimensi pengetahuan dan mengabaikan pendidikan nilai/moral saat ini, merupakan alasan yang kuat bagi Indonesia untuk membangkitkan komitmen dan melakukan gerakan nasional pendidikan karakter.Lebih jauh dari itu adalah Indonesia dengan masyarakatnya yang ber-Bhinneka tunggal ika dan dengan falsafah negaranya Pancasila yang sarat dengan nilai dan moral, merupakan alasan filosofik-ideologis, dan sosial-kultural tentang pentingnya pendidikan karakter untuk dibangun dan dilaksanakan secara nasional dan berkelanjutan.
06.  Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang akan datang. Karena itu pengembangan nilai yang bermuara pada pembetukan karakter bangsa yang diperoleh melalui berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, akan mendorong mereka menjadi anggota masyarakat, anak bangsa, dan warga negara yang memiliki kepribadian unggul seperti diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekadar memberi pengetahuan pada tataran koginitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan konatif melalui mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Jasmani. Namun demikian harus diakui karena kondisi jaman yang berubah dengan cepat, maka upaya-upaya tersebut ternyata belum mampu mewadahi pengembangan karakter secara dinamis dan adaptif terhadap perubahan tersebut. Oleh karena itu pendidikan karakter perlu dirancang-ulang dan dikemas kembali dalam wadah yang lebih komprehensif dan lebih bermakna. Pendidikan karakter perlu direformulasikan dan direoperasionalkan melalui   transformasi budaya dan kehidupan sekolah. Untuk itu, dirasakan perlunya membangun wacana dan sistem pendidikan karakter yang sesuai dengan konteks sosial kultural Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika dengan nilai-nilai Agama dan Pancasila sebagai sumber nilai dan rujukan utamanya.
07.  Kebutuhan tersebut bukan hanya dianggap penting tetapi sangat mendesak mengingat berkembangnya godaan-godaan (temptations) dewasa ini marak dengan tayangan dalam media cetak maupun noncetak (televisi, jaringan maya, dll) yang memuat fenomena dan kasus perseteruan dalam berbagai kalangan yang memberi kesan seakan-akan bangsa kita sedang mengalami krisis etika dan krisis kepercayaan diri yang berkepanjangan. Pendidikan karakter bangsa diharapkan mampu menjadi alternatif solusi berbagai persoalan tersebut. Kondisi dan situasi saat ini tampaknya menuntut pendidikan karakter yang perlu ditransformasikan sejak dini, yakni sejak pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi secara holistik dan sinambung.
08.  Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa  sebagai Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, yang  dibacakan pada akhir khir Sarasehan Tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.
a.  Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yg tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.
b.  Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sbg proses pembudayaan.  Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.
c.   Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua. Oleh karena itu pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.
d.  Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan budya karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.

B.    Tujuan
Kegiatan Pengembangan Pendidikan Karakter melalui pendidikan secara nasional bertujuan untuk:
1.  mengembangkan Grand Design Pendidikan Karakter yang akan menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan;
2.  mengembangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter sebagai wujud komitmen seluruh komponen bangsa; dan
3.  melaksanakan Pendidikan Karakter secara nasional, sistemik, dan berkelanjutan.

C.    Hasil-hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
1.  Grand Design Pendidikan Karakter yang akan menjadi rujukan konseptual dan operasional pada setiap jalur,  jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan.
2.  Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter sebagai wujud komitmen seluruh komponen bangsa Republik Indonesia; dan
3.  Gerakan Nasional Pendidikan Karakter oleh seluruh komponen bangsa dan negara Republik Indonesia
 
BAB II
PERANGKAT NILAI SUBSTANSI  PENDIDIKAN KARAKTER
A.     Nilai-nilai Dasar yang termuat dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidiksan Dasar dan Pendidikan Menengah.
09.   Dalam Permendiknas N0.23/2006 tentang Standar kompetensi lulusan secara formal sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).Jika diremati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai/karakter. Berikut ini dicoba untuk menangkap substansi nilai/karakter yang ada pada setiap SKL tersebut.
10.   Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SD/MI/SDLB*/Paket A
No.
Rumusan SKL
Nilai/Karakter
1
Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
Iman dan taqwa
2
Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
jujur
3
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
disiplin
4
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
Terbuka, nasionalistik
5
Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
Bernalar, kreatif
6
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik
Bernalar, kreatif
7
Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
Terbuka, bernalar
8
Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
bernalar
9
Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
Terbuka, bernalar
10
Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
Peduli, tanggung jawab
11
Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia
nasionalistik
12
Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
Kreatif, tanggung jawab
13
Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
Bersih, tanggung jawab
14
Berkomunikasi secara jelas dan santun
Santun
15
Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
Gotong royong, peduli
16
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
gigih
17
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung
bernalar

11. Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMP/MTs/SMPLB/Paket B
No.
Rumusan SKL
Nilai/Karakter
1
Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja
Iman dan taqwa
2
Menunjukkan sikap percaya diri
adil
3
Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas
disiplin
4
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional
nasionalistik
5
Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif
Bernalar, kreatif
6
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
bernalar, kreatif
7
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
Gigih, tanggung jawab
8
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
bernalar
9
Mendeskripsi gejala alam dan sosial
Terbuka, bernalar
10
Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
Tanggung jawab
11
Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Nasionalistik, gotong royong
12
Menghargai karya seni dan budaya nasional
Peduli, nasionalistik
13
Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
Tanggung jawab, kreatif
14
Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
Bersih dan sehat
15
Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
Santun, bernalar
16
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
Terbuka, Tanggung jawab
17
Menghargai adanya perbedaan pendapat
Terbuka, adil
18
Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
Gigih, kreatif
19
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana
Gigih, kreatif
20
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah
Bervisi, bernalar

12. Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMA/MA/SMALB*/Paket C
No.
Rumusan SKL
Nilai/Karakter
1
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
Iman dan taqwa
2
Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
adil
3
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
Tanggung jawab
4
Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
disiplin
5
Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
nasionalistik
6
Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
bernalar
7
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
bernalar
8
Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
bervisi
9
Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
gigih
10
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
bernalar
11
Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
bernalar
12
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
Tanggung jawab
13
Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
nasionalistik
14
Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
peduli
15
Mengapresiasi karya seni dan budaya
kreatif
16
Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
Kreatif
17
Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
bersih
18
Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
Santun
19
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
Tanggung jawab
20
Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
Terbuka, peduli


13. Substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMK/MAK

No.
Rumusan SKL
Nilai/Karakter
1
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
Iman dan taqwa
2
Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
Gigih, adil
3
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya
Tanggung jawab
4
Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
disiplin
5
Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
nasionalistik
6
Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif
kreatif
7
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan
Bernalar, kreatif
8
Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri
Peduli ,tanggung jawab
9
Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
Gigih, adil
10
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
bernalar
11
Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
bernalar
12
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
Peduli, tanggung jawab
13
Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
nasionalistik
14
Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
Peduli, kreatif
15
Mengapresiasi karya seni dan budaya
kreatif
16
Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
kreatif
17
Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan
Bersih, peduli
18
Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
Santun
19
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
Terbuka, adil
20
Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
Terbuka, adil
21
Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
Gigih,terbuka
22
Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris
Gigih, bernalar
23
Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya
Bervisi, gigih, tanggung jawab

14.   Konfigurasi Nilai/karakter untuk semua Satuan  Pendidikan
Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa ( Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.

 BAB III
KERANGKA PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN KARAKTER

A.     Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter pada Konteks Makro
15.      Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua latar/domain, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan ilmpementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. Pada latar makro program pengembangan nilai/karakter dapat digambarkan sebagai berikut.


a.  Secara makro pengembangan karakter dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan,  pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
b.  Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan: (1) filosofis - Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahuin 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya;(2) pertimbangan teoritis- teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi) dan sosial-kultural;  dan (3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh, sekolah unggulan, pesanren, kelompok kultural dll.
c.   Pada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar (learning experiences) dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar (learning experiences) yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur (structured learning experiences). Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan peserta didik di sekolahnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya  membiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisai dari dan melalui proses intervensi. Kedua proses tersebut- intervensi dan habituasi harus dikembangkan secara sistemik dan holistik.
d.  Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mendikteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik.

B.    Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter pada Konteks Mikro
16.   Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu satuan pendidikan atau sekolah secara holistik (the whole school reform). Sekolah sebagai leading sector, berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di sekolah. Program pengembangan karakter pada latar mikro dapat digambarkan sebagai berikut.

a.  Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture); kegiatan ko-kurikuler  dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.
b.  Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach). Khususu, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan,  karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan nilai (value/character education). Untuk kedua mata pelajaran tersebut nilai/karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran (instructional effects) dan juga dampak pengiring (nurturant effects). Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan nilai/karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring (nurturant effects) berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik.
c.   Dalam lingkungan sekolah dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural sekolah memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga sekolah lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter.
d.  Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yan g terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, atau kegiatan ekstra kurikuler, yakni kegiatan sekolah yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seprti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam dll,  perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dalam rangka pengembangan nilai/karakter.
e.  Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap prilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing.

17.   Konteks mikro pengembangan nilai/karakter  merupakan latar utama yang harus difasilitasi bersama oleh Pemerintah Daerah dan Kementrian Pendidikan Nasional. Dengan demikian terjadi proses sinkronisasi antara pengembangan nilai/karakter secara psiko-pedagogis di kelas dan di lingkungan sekolah, secara sosio-pedagogis di lingkungan sekolah dan masyarakat, dan pengembangan nilai/karakter secara social-kultural nasional. Untuk itu sekolah perlu difasilitasi untuk dapat mengembangkan budaya sekolah (school culture). Pengembangan budaya sekolah ini perlu menjadi bagian integral dari pengembangan sekolah sebagai entitas otonom seperti dikonsepsikan dalam managemen berbasis sekolah (MBS). Dengan demikian setiap satuan pendidikan secara bertahap dan sistemik ditumbuh-kembangkan menjadi sekolah-sekolah yang dinamis dan maju (self-renewal schools) (Purkey dan Novak: 1990)
BAB IV
DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER

A.  Kerangka Pengembangan budaya sekolah
18.  Budaya sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, pada umumnya mencakup kegiatan ritual, harapan, hubungan sosial-kultural, aspek demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan ppeserta didik, , dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah sekolah.  Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan,  dan tanggungjawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
19.  Selain itu, budaya sekolah diyakini merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut penelitian Dr. Teerakiat  Jareonsttasin (2000) tentang pengaruh sekolah terhadap perkebangan anak, ditemukan empat hal utama (input dan output) yang saling mempengaruhi. Yang terpenting adalah iklim atau budaya sekolah. Jika suasana sekolah penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang maka hal ini akan menghasilkan output yang diinginkan berupa katakter yang baik. Pada saat yang sama , guru akan merasakan kedamaian dan suasana sekolah seperti itu akan meningkatkan pengelolaan kelas. Dengan pengelolaan kelas yang baik maka akan menyebebakan prestasi akademik yang tinggi. Sebuah temuan penting lainnya adalah bila siswa memeiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik yang tinggi. Karena itu langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter di sekolah adalah menciptkan suasana atau iklim sekolah yang cocok yang akan membantu transformasi guru-guru dan siswa, juga staf-staf sekolah. Hal ini termasuk di dalamnya adalah objetive atau tujuan yang tepat untuk sekolah, misi sekolah, kepemimpinan sekolah, kebijakan dan  visi pihak manajemen moral para staf dan guru, serta partisipasi orang tua dan siswa. Sesunngguhnya, semua langkah dalam model pembelajaran nilai-nilai karakter ini akan berkontribusi terhadap buadya sekolah.
20.  Sebagai salah satu contoh kecil tentang kebersihan lingkungan sekolah, baik di kamar mandi/WC, di ruang kelas, di lorong-lorong maupun di luar gedung sekolah/taman sekolah. Hal itu hanya dapat dilakukan di sekolah dengan dukungan manajemen sekolah yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Kondisi sekolah seperti itu dilaksanakan melalui program sekolah bersama antara manajemen sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. Di setiap sudut ruang, terdapat tempat sampah yang dapat digunakan untuk menyimpan sampah kering dan basah serta sampah yang dapat di daur ulang. Siswa dikondisikan untuk membuang sampah ke tempat yang sesuai dengan jenis sampah dan melalui pembiasaan seperti itu diharapkan kepedulian siswa menjadi lebih tinggi terhadap kebersihan lingkungan.
                                
B. Integrasi nilai dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler
21.  Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

           Program Pengembangan Diri

Dalam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian  kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut.
a.      Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama/sembahyang bersama setiap dluhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya.
b.     Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Contoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, melakukan bullying, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh dan sebagainya.
Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olahraga atau kesenian, berani menentang/mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji dan sebagainya.


c.      Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya.
d.     Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai dalam budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

C. Pengintegrasian dalam semua Mata Pelajaran
22.  Pengembangan nilai-nilai dan karakater diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus ditempuh melalui cara-cara sebaghai berikut
a.  mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD di atas sudah tercakup di dalamnya
b.  menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan
c.   mencantumkankan nilai-nilai dan karakter bangsa dalam tabel 1 tersebut ke dalam silabus
d.  mencantumkan nilai-nilai  yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP
e.  mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai
f.    memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

23.  Praktik pendidikan karakter di sekolah bukan hanya menjadi tanggungjawab mata pelajaran Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selama ini ada kesan  mata pelajaran yang lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi atau seni. Padahal seharusnya proses pembelajaran nilai-nilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam antar mata pelajaran. Fenomena seperti itu yang tampaknya menjadi alasan Charles Handy (.......), seorang bussiness philosopher, yang menganjurkan untuk merombak total pendidikan. Dalam artikel berjudul Finding Sense in Uncertainty, dia menjelaskan pendidikan selama ini berangkat dari asumsi yang keliru, yaitu bahwa semua problema di dunia ini telah diketahui dan guru mengetahui cara pemecahannya.  Jadi tugas guru dipeersepsikan hanya menyampaikan problema serta cara pemecahannya, dan setelah itu pendidikan dianggap selesai. Padahal senyatanya, problema itu terus berubah dan tentu guru belum mengetahui, apalagi cara  pemecahannya.   Charles Handy (.........) menegaskan belajar tentang ilmu pengetahuan tetap penting, tetapi hal itu kini lebih mudah dilakukan, karena banyak sumber informasi yang dapat dipelajari.  Oleh karena itu, pendidikan seharusnya diarahkan untuk membantu siswa belajar bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan itu dan yang tidak kalah penting adalah apa yang harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan itu.  Distu tersisat perlunuya karakter sebagai wahana perwujudan dimensi aksiologi dari berilmu. Dari situ dapa disim[pulkan bahwa pendidikan seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan bagaimana menggunakannya guna memecahkan problema kehidupan dengan arif, kreatif, dan bertanggung jawab.

24.  Persoalannya kini adalah bagaimana hubungan antara pedidikan karakter dengan mata pelajaran?   Keduanya tetap diperlukan dan harus saling melengkapi.  Dalam pengembangan pendidikan karakter, seharusnya mata pelajaran dipahami sebagai pesan dan alat (as medium and message) yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan individu..  Misalnya Guru Fisika harus sadar bahwa pembahasan materi Fisika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami fenomena alam dari sudut pandang teori Fisika, menggali berbagai sumber informasi dan menganalisisnya untuk menyempurnakan pemahaman tersebut, mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain, dan memahami bahwa fenomena seperti itu tidak lepas dari ”peran” Sang Pencipta. Pengembangan pendidikan karakter seperti itu, dapat dilakukan melalui metoda pembelajaran yang dipilih guru. Misalnya, untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi, guru dapat memilih metoda diskusi atau siswa diminta presentasi. Untuk mengembangkan kecakapan bekerja sama, disiplin, kerja kelompok dalam praktikum dapat diterapkan. Yang penting adalah bahwa aspek-aspek tersebut sengaja dirancang dan dinilai hasilnya sebagai bentuk hasil belajar pendidikan karakter.

25.  Ada banyak cara mengintergrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran, antara lain: Mengungkapkan nilai-nilai yang dalam mata pelajaran, pengintegrasian langsung di mana nilai-nilai kakater menjadi bagian terpadu dari mata pelajaran, menggunakan perumpamaan dan membbuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa dalam hidupp para siswa, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapakan nilai-nilai melalui diskusi dan brainstroming, Menggunakan cerita untuk memunculkan nilai-nilai, mnceritakan kisahh hidup orang-orang besar, menggunakan lagu-lagu dan musik untuk mengintegrasikan nilai-nilai, menggunakkann drama untuk melukiskan kejadian-kejadian yang berisikan nilai-nilai, menggunakan berbagai kegiatan seperti kegiatan pelayanan, field trip dan klub-klub atau kelompok kegiatan untuk memunculkan nilai-nilai kemanusiaan.

D. Integrasi nilai dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.
26.  Kegiatanko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningful learning) jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi siswa. Kecenderungan saat ini adalah munculnya gejala keengganan siswa untuk terlibat dalam kegiatan kesiswaan. Masih banyak siswa yang hanya belajar saja, tanpa menghiraukan kegiatan ko-kurikuler apalagi kegiatan ekstra kurikuler. Alasannya malas, mengganggu konsentrasi belajar, hanya membuang waktu, atau tidak bermanfaat. Tidak sedikit juga kegiatan siswa yang tidak mendukung peningkatan personal growth and development.  Misalnya kegiatannya bagus yaitu seminar ilmiah, namun siswa banyak yang berkerumun di luar ruangan karena menjadi panitia logistik, penerima tamu. Akhirnya siswa yang berorganisasi menjadi panitia tidak mendapatkan pembelajaran dari seminar tersebut. Padahal pekerjaan teknis sebenarnya dapat disederhanakan.   Hal ini terpulang kembali pada ada tidaknya pendampingan oleh guru yang membimbing kegiatan kesiswaan. Jadi kegiatan yang bagaimana yang akan mengembangkan Pedidikan Karakter?. Kegiatan yang terencana, terprogram dan tersistem. Setiap kegiatan harus ada coach atau mentornya yang membimbing kemana arah kegiatan tersebut akan dilaksanakan, walau tidak harus setiap saat ada. Program ini disajikan dengan sangat menarik, mengikutsertakan teknik-teknik simulasi, role play dan diskusi. Pada peningkatan learning skills, peserta didik mendapatkan teknik belajar, pemetaan pikiran, dan teknik membaca. Sedangkan thinking skills difokuskan pada peningkatan kemampuan menyelesaikan persoalan, pengambilan keputusan. Sementara living skills lebih ditekankan pada beberapa hal diantaranya manajemen diri, membangun impian, teknik berkomunikasi, mengelola konflik dan mengelola waktu.
27.  Lain halnya dengan lembaga yang sudah beberapa tahun memiliki program Siswa Unggulan. Siswa yang menjadi peserta adalah siswa pilihan dari berbagai sekolah yang dinyatakan berprestasi. Program ini diisi dengan caring and sharing antara pakar/praktisi dengan siswa seputar isu-isu aktual. Keuntungan program ini adalah dapat menjaring future leader dan membinanya dari sejak awal sebelum mereka lulus. Kemampuan yang ingin ditingkatkan adalah wawasan yang luas, saling menghormati satu sama lain, berjiwa entrepreneur, berfikir kreatif dan kemampuan belajar yang lebih baik. Sebenarnya kegiatan pengembangan Pedidikan Karakter tidak akan optimal bila hanya dilakukan melalui pelatihan, seminar dan workshop. Pengembangan Pedidikan Karakter dipraktekkan berulang-ulang dan didampingi oleh mentor.  Seorang pakar dalam bidang pengembangan pendidikan Christoph Hanssert dari Jerman menyarankan agar pengembangan Pedidikan Karakter untuk siswa Indonesia dilakukan dengan cara menjalin jejaring kerja (networking) guru Indonesia dengan guru luar negeri yang melibatkan siswa, misalnya dalam bidang penelitian. Dengan jejaring ini, mau tidak mau siswa akan terpaksa berkomunikasi tulisan dengan menggunakan bahasa asing. Suatu saat siswa ini difasilitasi untuk bertemu bertukar pikiran, saling menghargai pendapat, mempelajari budaya orang lain dan belajar bekerjasama dalam tim.
28.  Berbagai kegiatan Unit Kegiatan Siswa seperti yang diselenggarakan oleh berbagai sekolah lainnya, sudah banyak muatan Pedidikan Karakter yang dapat dikembangkan oleh siswa. Hal ini akan berhasil guna jika program yang digulirkan lebih terarah untuk mengembangkan atribut tertentu sesuai dengan kebutuhan populasinya. Unit kegiatan karate saja, apabila dihayati dan benar-benar ditujukan untuk pengembangan pedidikan Karakter siswa, dapat diarahkan untuk memperkuat atribut komitmen, bersemangat, mandiri, dan ketangguhan. Kegiatan pelatihan harus terprogram dengan baik, ada durasi, capaian dan keberlanjutan. Apakah pelatihan akan diarahkan pada transformasi keyakinan, motivasi, karakter, impian. Lantas tidak hanya berhenti di pelatihan tanpa adanya coaching oleh para coach yang tangguh, sampai akhirnya dalam durasi tertentu akan terjadi transformasi diri yang seutuhnya.
29.  Prijosaksono (........) dalam buku terbarunya berjudul the Power of Transformation (2005) menuliskan bahwa Transformasi Diri 90 hari akan mampu membangun kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih baik. Dalam buku itu juga diuraikan bahwa ada 5 prinsip transformasi yaitu: (1) meyakini dan mendayagunakan kekuatan dan anugrah Tuhan dalam diri; (2) membuat pilihan dan keputusan dalam diri; (3) melakukan kebiasaan-kebiasaan baik secara terus menerus dalam kehidupan ini; 4) mampu membangun interaksi dengan orang lain; (5) mampu bekerja secara sinergis dan kreatif dengan orang lain dalam organisasi.
30.  Dalam pelaksanaan pelatihan harus diperhitungkan efisiensi dan efektivitasnya. Sangat tidak efisien kalau pesertanya terlalu banyak dengan fasilitas yang seadanya/terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan Multi Level Training (MLT) yaitu pelatihan yang dilakukan secara bertingkat. Mulanya hanya 20-30 orang siswa pilihan yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam memimpin, berbagi pengalaman dan pengetahuan.  Setiap satu orang diwajibkan memiliki anggota 3-5 orang dalam durasi tertentu (misalnya 1-2 bulan). Orang baru tersebut dipanggil front liners. Front liners ini melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Up liners. Kegiatan dalam kelompok kecil itu masing-masing adalah pertemuan rutin, sharing, membuat program kecil seperti mengubah kebiasaan yang dinilai buruk selama ini menjadi kebiasaan yang lebih produktif. Dalam kelompok kecil itu lebih banyak dilakukan coaching oleh up liners. Apabila hal ini dilakukan terus menerus, maka metoda training yang efisien akan terwujud tanpa mengurangi kualitas hasil pelatihan tersebut.   Masih banyak metoda yang mungkin dapat dilakukan oleh para pendidik kita untuk siswanya. Untuk itu, perlu digali potensi-potensi yang ada di tiap sekolah. Kadangkala, apa yang bagus dan dapat diterapkan di satu sekolah dalam pengembangan Pedidikan Karakter belum tentu dapat diterapkan begitu saja di sekolah lainnya. Boleh jadi strategi dan tekniknya akan bervariasi tergantung pada visi sekolah, Pedidikan Karakter yang dimiliki oleh siswa saat ini dan harapan pengembangan Pedidikan Karakter dari siswa, kebutuhan Pedidikan Karakter para pengguna lulusan dan coach dan mentor serta sarana prasarana yang dimiliki sekolah.

E.  Pembiasaan perilaku bermuatan nilai
31.  Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, sekolah harus menerapkan totalitas pendidikan dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh siswa adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan miliu juga sangat penting. Lingkungan pendidikan itulah yang ikut mendidik. Penciptaan lingkungan disekolah dapat dilakukan melalui : 1) penugasan, 2) pembiasaan, 3) pelatihan, 4) pengajaran, 5) pengarahan, serta 6) keteladanan.Semuanya mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam pembentukan karakter anak didik. Pemberian tugas tersebut disertai pemahaman akan dasar-dasar filosofisnya, sehingga anak didik akan mengerjakan berbagai macam tugas dengan kesadaran dan keterpanggilan. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerja sama (team work) dan kegigihan untuk berusaha. Pengaturan kegiatan di sekolah ditangani oleh organisasi pelajar yang terbagi dalam banyak bagian, seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan, Pengajaran, Penerangan, Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur, Kantin Pelajar, Bersih Lingkunan, Pertamanan, Kesenian, Ketrampilan, Olahraga, Penggerak Bahasal.
32.  Kegiatan kepramukaan juga ditangani oleh Koordinator Gerakan Pramuka dengan beberapa andalan; Ketua Koordinator Kepramukaan, Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, Andalan Koordinator Urusan Keuangan, Andalan Koordinator Urusan Latihan, Andalan Koordinator Urusan Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Perlengkapan, Andalan Koordinator Urusan  Kedai Pramuka, dan Pembina gugusdepan. Pendidikan organisasi ini sekaligus untuk kaderisasi kepemimpinan melalui pendidikan self government. Sementara itu pada level asrama ada organisasi sendiri, terdiri dari ketua asrama, bagian keamanan, penggerak bahasa, kesehatan, bendahara dan ketua kamar. Setiap club olah raga dan kesenian juga mempunyai struktur organisasi sendiri, sebagaimana konsulat (kelompok wilayah asal santri) juga dibentuk struktur keorganisasian. Seluruh kegiatan yang ditangani organisasi pelajar ini dikawal dan dibimbing oleh para senior mereka yang terdiri dari para guru staf pembantu pengasuhan santri, dengan dukungan guru-guru senior yang menjadi pembimbing masing-masing kegiatan. Secara langsung kegiatan pengasuhan santri ini diasuh oleh Bapak Pimpinan Pondok yang sekaligus sebagai Pengasuh Pondok.
33.  Pengawalan secara rapat, berjenjang dan berlapis-lapis ini dilakukan oleh para santri senior dan guru, dengan menjalankan tugas pengawalan dan pembinaan, sebenarnya mereka juga sedang melalui sebuah proses pendidikan kepemimpinan, karena semua sisswa, terutama siswa senior dan guru adalah kader yang sedang menempuh pendidikan. Pimpinan pondok membina mereka melalui berbagai macam pendekatan; pendekatan program, pendekatan manusiawi (personal) dan pendekatan idealisme. Mereka juga dibina, dibimbing, didukung, diarahkan, dikawal, dievaluasi dan ditingkatkan. Demikianlah pendidikan karakter yang diterapkan d sekolah melalui berbagai macam kegiatannya. Kegiatan yang padat dan banyak akan menumbuhkan dinamika, dinamika yang tinggi akan membentuk militansi dan militansi yang kuat akan menimbulkan etos kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak didik akan mempunyai kepribadian yang dinamis, aktif, dan produktif dalam segala kebaikan.
34.  Kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat perlu juga mendapat perhatian dalam rangka pendidikan karakter.Banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh sekolah dari masyarakat dan sebaliknya yang bisa diperoleh oleh masarakat dari hadirnya sekolah itu. Antara sekolah dan masarakat harus mengadakan banyak interaksi. Beberapa komponen masyarakat yang bisa terlibat dalam proses belajar d sekolah yaitu: orangtua, masyarakat. Peran Orang tua. Agar model pembelajaran nilai-nilai karakter bisa berhasil dengan baik, kita membutuhkan orang tua yang benar-benar menjadi partner yang berkomitmen tinggi terhadap proses belajar anak-anak mereka. Orangtua adalah guru di rumah, karenanya mereka harus menganut visi yang sama dengan sekolah demikian pula dengan tujuan sekolah. Orangtua mesti setuju dengan tujuan sekolah untuk menghasilkan anak-anak yang baik yang memeiliki nilai-nilai kemanusiaan. Sekolah seyogyanya memberikan pelatihan menegnai human values parenting atau menjadi orang tua yang baik kepada semua ayah, ibu atau yang mengantar anak-anak ke sekolah. Ketika siswa berada d rummah, orang tua mesti meluangkan waktu bertemu bersama anak-anak mereka dan memebrikan cinta kasih dan kehangatan. Orang tua dan guru mesti mengadakan pertemuan reguer untuk mendisuksikan masalah-masalah yang dihadapi siswa dan mesti membuat trencana untuk membantu memecahkan masalah-masalah itu. Para orangtua harus berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di sekolah dan membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para siswa dan guru.
35.  Komunitas atau masyarakat sekitar memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Sekolah harus dipandang sebagai suatu sistem hidup yang terus menerus tumbuh dan berkembang. Sekolah juga sedang dalam proses belajar karena selalu ada interaksi antara setiap orang di sekolah dan komunitas. Guru dan siswa selalu berhubungan dengan orangtua dan kerabat mereka di masyarakat. Berbagai kegiatan yang dilakukan orang ta dapat memainkan peranan penting dalam pengembangan sekolah. Setiap oran di sekolah termasuk semua staf sangat dipengaruhi oleh temapt-tempat ibadah, komunitas pasar, perkantoran dll sebagainya. Sebagai bagian dari pembelajaran, siswa harus blajar melayani komunitas atau masyarakat dalam pegembangannya. Mereka mesti turut serta dalam kegiatan pelayanan yang diadakan di tempat-tempat ibadah. Sekolah mesti membantu komunitas untuk mengembangkan dan membantu pendidikan orang-orang dalam komunias. Ketika komunitas tersebut menjadi sebuat komunitas belajar atau learning communities, sekolah akan mendapatkan manfaat besar dari komunitas seperti ini.
36.  Rencana aksi pendidikan karakter di sekolah (bagaimana memulainya, bagaimana menjaga kontinuitas Proses ”Pengembangan Pendidikan Karakter” yang menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag), menyangkut tiga komunitas, yakni adalah para murid pada semua jenjang pendidikan (sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan sekilah menengah tingkat atas) disamping juga para guru dan tenaga admiistratif. Demikian juga beberapa Departemen yang melakukan proses pendididkan. Dalam konteks ini, maka pengembangan karakter bangsa lebih ditekankan pada kegiatan internalisasi dan pembentukan tingkah laku. Dan untuk kepentingan ini, maka tidak relevan untuk menciptakan kurikulum baru tentang pengembangan karakter, namun lebih menekankan dengan menciptakan lingkungan dan tingkah laku.

37.  Dengan mengacu pada referensi Pusat Organisasi, maka setiap sekolah diwajibkan untuk mempunyai statuta yang didalamnya dicantumkan secara eksplisit dan jelas tentang pengembangan karakater di sekolah tersebut. Denganstatuta tersebut maka kegiatan pengembangankarakter dapat dituntun dan diketahui oleh Pengelola Sekolah, baik oleh  Kepala Sekolah maupun oleh Komite Sekolah. Setiap statuta sekolah akan mencamntumkan nilai-nilai dasar (core values) yang merupakan ciri khas karakter Bangsa Indonesia, yang bersumbar dari nilai-nilai agama maupun dari jiwa nasionalisme atau patriotisme. Nilai-nilai dasar tersebut adalah jujur, dapat dipercaya, kebersamaan, peduli kepada orang lain, adil, demokratis, toleransi. Nilai-nilai yang substantif tersebut  kemudian dikembangkan dalam  satuan-satuan pendidikan sesuai dengan ”local wisdom”, selaras dengan nilai-nilai lokal setempat dalam pola-pola yang lebih detail. Misalnya, cara menghormati atau cara bersopan santun kepada orng lain, cara bertata krama, cara guru memberikan sangsi kepada murid, dan sebagainya. Dalam hal ini, maka perhatian kepada siswa menjadi sangat urgent sebab mereka yang segera akan turun dalam dunia nyata yang berupa masyarakat. Nilai-nilai semacam tersebut di atas harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan, dan kebiasaan inilah yang akan menjadi budaya setempat.

38.  Untuk kepentingan ini maka tiap satuan pendidikan, harus meiliki buku saku yang berupa pedoman ringkas sehingga bersifat mengikat (otoritaitf) sebab idusun dengan kesepakaan bersama. Dengan demikian maka  para murid, para guru, para orang tua akan melakukan hal tersebut secara sinergis. Di setiap satuan pendidikan akan memiliki ”code of conduct”, ”manner management” serta ”organizational culture” yang diperlukan dalam peroses pengambangan karakater tersebut.

 
BAB V
RENCANA AKSI NASIONAL :
GERAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER

39.  Sasaran
Sasaran Aksi Nasional Pendidikan (RAN) Pendidikan Karakter adalah seluruh pemangku kepentingan pendidikan dalam konteks sistem pendidikan nasional, dengan fokus utama pada sekolah (peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan),  keluarga (anak, orang tua, saudara, pembantu); masyarakat (orang-orang di sekitar peserta didik), dan lingkungan.

40.  Strategi Dasar
Pada dasarnya strategi yang dipakai adalah dengan Intervensi dan habituasi untuk, sekolah, keluarga, masyarakat. Intervensi dapat dilakukan dengan berbagai modus pembelajaran, seperti advokasi, konsultansi, pelatihan dan , refleksi kelompok, diskursus sosial-kultural, sarasehan,seminar, sedangkan habituasi dilakukan dengan pendemonstrasian berbagai contoh teladan sebagai langkah awal pembiasaan, penguatan dalam berbagai bentuk, penataan limngkungan belajar yang menyentuh dan membangitkan karakter. Secara rinci strategi gerakan pendidikan karakter untuk masing-masing pilar pendidikan karakter (sekolah, keluarga, dam masyarakat) digambarkan sebagai berikut.

KARAKTER UTAMA
INTERVENSI
HABITUASI
§ Jujur
Tujuan:
     Seluruh anggota keluarga memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangan karakter
Strategi:
Orangtua kepada anak:
     Penegakan tata tertib dan etiket/budi pekerti dalam keluarga
     Penguatan perilaku berkarakter
     Pembelajaran kepada anak
Sekolah kepada keluarga:
     Pertemuan orangtua
     Kunjungan ke rumah
     Buku penghubung
  Pelibatan orang tua dalam kegiatan sekolah
Pemerintah terhadap keluarga:
  Fasilitasi pemerintah untuk keluarga
Tujuan:
     Terbiasanya perilaku yang berkarakter dalam kehidupan sehari-hari
Strategi:
     Keteladanan orang tua
     Penguatan oleh keluarga
     Komunikasi antar anggota keluarga
§  Cerdas
§ Tanggungjawab
§ Peduli dan kreatif


KARAKTER UTAMA
INTERVENSI
HABITUASI
§  Jujur
Tujuan
Terbentuknya karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan sekolah
Strategi:
Sekolah terhadap siswa
     Intra dan kokurikuler secara  terintegrasi pada semua mata pelajaran
     Ekstrakurikuler melalui berbagai kegiatan antara lain: KIR,  pramuka,  kesenian, olahraga, dokter kecil, PMR
     Budaya sekolah dengan menciptakan suasana sekolah  yang mencerminkan karakter
Pemerintah terhadap sekolah
     Kebijakan
     Pedoman
     Penguatan
     Pelatihan
Tujuan
Terbiasanya perilaku yang berkarakter di sekolah
Strategi:
     Keteladanan KS, Pendidik, tenaga kependidikan
     Budaya sekolah yang bersih, sehat, tertib, disiplin, dan indah
     Menggalakkan kembali berbagai tradisi yang membangun karakter seperti: hari krida, upacara, piket kelas, ibadah bersama, doa (perenungan), hormat orang tua, hormat guru, hormat bendera, program 5 S, cerita kepahlawanan
§   Cerdas
§  Tanggungjawab
§  Peduli dan kreatif



KARAKTER UTAMA
INTERVENSI
HABITUASI
§ Jujur
Tujuan:
     Terbangunnya kerangka sistemik perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan karakter scr nasional
     Terciptanya suasana kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan kepekaan kesadaran kemauan dan tanggungjawab untuk membangun karakter utama
Strategi:
Dari pemerintah:
     Pengembangan grand design pendidikan karakter
     Pencanangan nasional pendidikan karakter
     Pengembangan perangkat pendukung pendidikan karakter, al: iklan layanan masyarakat, sajian multimedia (poster, siaran tv, siaran radio)
Dalam masyarakat:
     Pengembangan peranan komite sekolah dlm pembangunan karakter melalui MBS
     Perintisan berbagai kegiatan kemasyarakatan, pengabdian kepada masyarakat yg melibatkan peserta didik
     Pelibatan semua komponen bangsa dalam pendidikan karakter, al: media massa
Tujuan:
     Terciptanya suasana yang kondusif dlm masyarakat yang mencerminkan koherensi pembangunan karakter secara nasional
     Tumbuhnya keteladanan dalam masyarakat
Strategi:
     Keteladan dan penguatan dalam kehidupan masyarakat
§  Cerdas
§ Tanggung jawab
§ Peduli dan kreatif

41.  Prinsip dan Pendekatan dan Program Pengembangan Pendidikan Karakter
Secara prinsipil, pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, silabus dan RPP) yang sudah ada.  Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa:
1.  Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas satu SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. Gambar 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai tersebut melalui keempat jalur tadi:
     
Pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Pengembangan Nilai-nilai Budaya dan  Karakter Bangsa Melalui Setiap Mata Pelajaran

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither cought nor taught, it is learned) (Hermann, 1972) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan karakter  bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendir atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani  dan kesehatan, seni, ketrampilan, dan sebagainya. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu haruss diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.  Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai terebut.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif  (tanpa mengatakan  kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data/fakta/nilai, menyajikan hasil rekonstruksi/proses pengembangan nilai) menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.  

42.  Pengembangan Proses Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
1.    Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
2.    Di Sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah adalah Lomba vokal group antar kelas tentang lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan karakter bangsa tertentu, pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olahraga antara kelas, lomba kesenian antara kelas, pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa tertentu, pameran foto hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa tertentu, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa, mengundang berbagai nara sumber untuk berdiskusi atau berceramah yang berhubungan dengan karakter bangsa.
3.    Di Luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap  tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial seperti membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan/mengatur barang di tempat ibadah tertentu.

43.  Penilaian Hasil Belajar
Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan”  maka guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) selalu dapat digunakan guru. Selain itu guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam  pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT        : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan   tanda- tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT       : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB       :  Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
MK       : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara  konsisten)
44.  Indikator Sekolah dan Kelas
Ada 2 (dua) jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama adalah indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua adalah indikator untuk mata pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru,  serta tulisan peserta didik  dalam laporan dan pekerjaan rumah.
Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut berkembang semakin komplek antara satu jenjang kelas dengan jenjang kelas di atasnya ( 1-3; 4-6; 7-9; 10-12) dan bahkan dalam jenjang kelas yang sama. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks. Misalkan,”membagi makanan kepada teman” sebagai indikator kepedulian sosial pada jenjang kelas 1 – 3. Guru dapat mengembangkannya menjadi “membagi makanan”, membagi pensil, membagi buku, dan sebagainya.
Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik. Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan karakter dikembangkan instrumen assessment sebagai berikut.
Asesmen
Asesmen dilakukan dengan observasi, dilanjutkan dengan monitoring pelaksanaan dan refleksi.

1)  Menaati peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya
2)  Menunjukkan perilaku disiplin
1)  Bertutur kata secara santun
2)  Berpenampilan (fisik) secara sopan
3)  Berperilaku santun
1)  Menunjukkan diri sebagai pendidik
2)  Menunjukkan komitmen  terhadap tugas sebagai pendidik
3)  Menjaga kode etik profesi pendidik
1)  Menaati tata tertib secara konsisten
2)  Memiliki disiplin diri secara konsisten
1)  Melaksanakan tugas secara mandiri
2)  Mengambil keputusan secara mandiri
3)  Menilai diri sendiri (melakukan refleksi diri)
1)  Bekerja keras
2)  Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab
3)  Mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik
1)  Bertindak atas dasar kemanfaatan  peserta didik
2)  Bertindak atas dasar kemanfaatan  sekolah
3)  Bertindak atas dasar kemanfaatan  masyarakat
1)  Menerima kritik dan saran untuk perbaikkan
2)  Menempatkan diri secara proporsional
1)  Mengemukakan pendapat yang berpengaruh positif  terhadap peserta didik
2)  Menunjukkan  tindakan yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
1)  Berperilaku yang dihormati oleh peserta didik
2)  Berperilaku yang dihormati oleh sejawat
3)  Berperilaku yang dihormati oleh masyarakat
1)  Menghargai ajaran agama
2)  Menerapkan ajaran agama
3)  Menerapkan norma kejujuran
4)  Menunjukkan keikhlasan
1)  Bertutur kata sopan sehingga  menjadi teladan Berperilaku  terpuji sehingga menjadi teladan
2)  Berperilaku  bersih sehingga menjadi teladan
3)  Berperilaku  disiplin sehingga menjadi teladan Berperilaku  jujur sehingga menjadi
4)  Berperilaku  peduli  sehingga menjadi teladan
1)   Mengkomunikasikan dan memaknai  pesan (message) secara santun
2)  Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati
3)  Mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan
4)  Mengembangkan hubungan berasaskan asah, asih, asuh
1)  Bekerja sama  atas dasar prinsip saling menghormati
2)  Bekerja sama atas dasar  prinsip keterbukaan
3)  Bekerja sama atas dasar prinsip saling memberi dan menerima

 45.  Pelaksanaan intervensi dan habituasi dilakukan secara bertahap tahunan (multiyears). Hal itu dapat dibagankan sebagai berikut.
1.  Pelatihan dilakukan untuk: guru, orang tua, dan masyarakat (perangkat desa/kelurahan).
2.  Tahun pertama--ketiga, pelatihan dilakukan untuk guru SD dan orang tua murid SD.
3.  Tahun keempat, pelatihan dilakukan untuk guru SMP dan SMA serta tenaga kependidikan
4.  Tahun kelima untuk dosen dan tenaga kependidikan.
Model yang digunakan adalah TOT.  Setiap peserta yang sudah dilatih wajib melatih lima orang lain dan melaporkan hasil evaluasi, demikian seterusnya  Pada masa-masa antara dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan tersebut