Kenapa bisa begitu? Bumi merupakan kesetimbangan antara energi (panas) yang dipancarkan matahari dan energi yang dilepaskan kembali ke luar angkasa. Secara alamiah, sekitar sepertiga energi dilepaskan kembali, sementara sisanya diserap atmosfir, daratan, dan lautan. Inilah yang membuat bumi menjadi hangat. Tapi, ketika komposisi atmosfer berubah sebagai akibat penambahan karbon dioksida, maka temperatur bumi pun ikut berubah.
Memang global warming itu masih banyak dipertanyakan orang banyak. Apakah akan terjadi atau tidak. Tetapi bukankah lebih baik menghindarinya? Pernahkan menonton film The Day After Tomorrow? Film ini berceritakan mengenai efek dari global warming yang awalnya air di lautan meluap, kemudian pada akhirnya membuat negara-negara yang dekat dengan Greenland mengalami pembekuan. Suka atau tidak suka, kita harus menghadapi kenyataan bahwa bumi sudah diambang maut. Keteledoran manusia membuat umur bumi berkurang. Kenapa saya menyebutnya begitu? Karena apabila ditilik lebih lanjut, kita dapat menemui banyak berita mengenai bencana alam. Mulai dari gempa bumi, banjir bandang, kebakaran hutan, dan masih banyak lagi. Beberapa para ahli memprediksikan bahwa beberapa negara di bumi ini akan tenggelam akibat mencairnya es di Kutub Utara. Bahkan di Indonesia sendiri diprediksikan bahwa air laut akan meluap hingga setinggi Monas pada tahun 2040! Belum lagi atas kesalahan manusia, terciptalah
Sampai kapan kita akan terus merusak bumi? Apakah kita sudah mencoba untuk mencegah kehancuran tersebut. Apa yang telah saya lakukan untuk menghindari semua itu? Saya sendiri adalah seorang manusia biasa. Namun jangan berpikir hanya karena kita orang kecil dan sendirian, kita tidak bisa melakukan perubahan tersebut. Cobalah dari hal-hal yang paling kecil, seperti buang sampah pada tempatnya, kurangi penggunaan kantong sampah plastik, menghemat kertas, kurangi penggunaan listrik yang berlebihan, jauhi produk-produk yang dapat merusak lingkungan, , tanam pohon di lingkungan sekitar, ke kantor dengan bersepeda dan masih banyak lagi. Kemudian tularkan kebiasaan baik ini ke orang-orang di sekitar. Niscaya, kita bisa membuat perubahan tersebut.
Meski tidak sepenuhnya 100%, namun bahwasannya Pemanasan Global terjadi oleh ulah manusia. Ya, kita tahu bahwa sebenarnya Pemanasan Global itu berbahaya. Pemanasan Global itu dapat menjadikan populasi manusia musnah. Kita semua tahu, karena seakan - akan perkataan tersebut sudah menjadi doktrin yang disuapi oleh guru - guru Geografi SMP kita. Namun, tahukah kita seberapa parah bahaya yang sebenarnya kita hadapi ? Awalnya, Pemanasan Global jelas - jelas menaikkan temperatur di bumi hingga beberapa derajat, itu keadaan yang dihadapi sekarang. Namun apabila kita menilik beberapa ratus tahun kedepan, kita malah akan dihujani oleh Ice Age, atau biasa disebut sebagai jaman es. Mengapa ? Mencairnya es yang ada di
Dan lagi, pencarian es tidak dimulai semenjak ”kemarin sore“. Adapun data mengenai pencairan es dimulai dari tahun 1850 menujukkan bahwa, kenaikan suhu akibat Global Warming yang besar - besaran terjadi dimulai pada tahun 1980. Dimana teknologi dan perkembangan Industri sedang berkembang secara pesat. Kenaikan suhu dan temperatur sendiri sebenarnya dikarenakan kadar CO2 yang naik. Semenjak ? Data menunjukkan bahwa dalam 14 tahun terakhir, hampir semua rekor temperatur dan suhu itu masuk kedalam jajaran 10 besar terpanas. Lagi, adapun waktu - waktu tersebut adalah waktu dimana Kemajuan Industri dan Teknologi sedang pesat - pesatnya. Adapun bukti mengenai kenaikan kadar kenaikan CO2 dilihat dari penelitian Inti Es yang dilakukan oleh University of Bern. Menunjukkan bahwa konsentrasi Karbon Dioksida yang ada di dalam Inti Es Antartika telah naik semenjak 650,000 tahun yang lalu.
Kebanyakan dari efek Pemanasan Global disebabkan oleh manusia sendiri. Industri dan Teknologi yang berkembang tidak diimbangi oleh penggunaan tenaga yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh di
Namun ini bukan hanya menjadi tanggung jawab masyarakat
Ancaman perubahan iklim di Indonesia
Sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis,
Sebagian besar, kota-kota di negeri ini yang berpenduduk padat berada di daerah pesisir pantai. Kota-kota ini beberapa dekade mendatang terancam akan tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut. Penelitian yang dilakukan oleg Gordon Mc Grahanan dari International Institute for Environment and Development, Inggris menemukan bahwa sekitar 10% dari total penduduk bumi yang bermukim sekitar 10 meter dari pinggir pantai terancam akan tenggelam ketika es di kutub mencair akibat perubahan iklim.
Meningkatnya suhu memicu peningkatan prevalensi beberapa penyakit yang terkait iklim seperti malaria, diare, dan penyakit saluran pernapasan.Untuk kasus malaria, peningkatan suhu menyebabkan nyamuk, vektor malaria, yang sebelumnya hanya hidup di daerah rendah, kini dapat hidup di daerah dataran tinggi yang sebelumnya bebas malaria. Hal ini menyebabkan peningkatan penyakit malaria di berbagai daerah di
Apa yang harus dilakukan
Melihat begitu luasnya berbagai dampak dari perubahan iklim yang akan terjadi di Indonesia, seluruh kalangan di negeri ini harus segera memulai upaya untuk mengatasinya. Pemerintah, media, serta lembaga swadaya masyarakat harus segera mulai mensosialisasikan pada masyarakat luas berbagai hal yang terkait dengan isu perubahan iklim, baik mengenai dampaknya maupun upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk menahan laju perubahan iklim di negeri ini. Selama ini, dikenal ada dua upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim, yaitu mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Mitigasi atas perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, ini dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fossil di berbagai sektor, dan perlahan beralih dari penggunaan energi tak terbarukan ke energi yang terbarukan dan bersih seperti energi panas bumi, surya, dan bahan bakar nabati. Sedangkan adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan upaya penyesuaian yang dilakukan manusia untuk menanggapi perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi akibat perubahan iklim.
Untuk
Tahun 2040 : 2.000 pulau tenggelam.
Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan. “Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?” barangkali begitulah Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum
Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi – termasuk laut di seputar
Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca.
Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan
hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih. Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti.
Cara-cara praktis dan sederhana ‘mendinginkan’ bumi :
1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak.
Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic.
Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar